Cerita Dongeng Sebelum Tidur: Seorang Pria Bujang Yang Kaya Raya
Alkisah, ada seorang pemuda yang sudah beberapa kali melamar pekerjaan. Namun, keberuntungan tampaknya belum berpihak padanya. Kali ini ia mencoba mendatangi sebuah toko roti, namun toko roti belum membutuhkan tenaga kerja. Ia juga mendatangi seorang pembuat gerabah, tapi ia juga belum beruntung di sana.
Ia lalu mendatangi seorang tukang jahit, namun tukang jahit mengeluhkan sepinya orang yang menjahit pakaian. Ia pun pulang dengan wajah lesu.
Di tengah perjalanan pulang, ia meluapkan kekesalan dengan sesekali menendang kerikil-kerikil di tengah jalan. Kerikil tajam yang semula memenuhi jalan, karena ketidaksengajaannya itu, membuat kerikil itu berada di sisi jalan. Seorang pria misterius yang memperhatikan tingkahnya, mendekati pemuda yang tengah putus asa itu.
“Perbuatan baikmu dengan membuang kerikil ke sisi jalan akan sangat membantu orang lain yang menggunakan jalan ini. Jalan yang bersih dari kerikil tidak akan membuat pengguna jalan tergelincir.” Pemuda hanya terdiam, karena sebenarnya ia sedang kesal dan tidak berniat membuang kerikil itu.
“Adakah keinginanmu yang belum terpenuhi, Anak Muda?”
“Sudah beberapa kali aku melamar pekerjaan, namun tidak seorang pun yang mau menerima aku bekerja pada mereka. Andai saja aku memiliki seekor kerbau saja, aku akan bekerja keras dan memanfaatkan kerbau itu dengan baik untuk memperbaiki hidupku.”
“Pulanglah, maka kau akan mendapatkan yang kau inginkan.“ Bujang pun pulang.
Saat tiba di rumah, alangkah terkejutnya ia saat melihat seekor kerbau yang gemuk berada di halaman rumah. Ia pun senang bukan kepalang. Dengan kerbau yang ia miliki, kini ia bisa membajak sawah orang lain dan mendapatkan upah. Uang hasil membajak dibelikan kerbau, semakin lama kerbau miliknya semakin banyak. Hingga jumlahnya tak terhitung, ia pun menjadi orang yang sangat kaya. Kini orang-orang memanggilnya Bujang Kaya.
Bujang Kaya memiliki istri yang cantik, ia juga mempekerjakan beberapa orang untuk menggembalakan kerbau miliknya. Namun, kekayaannya membuatnya menjadi sombong. Suatu hari ia kedatangan seorang nenek peminta-minta. Nenek itu meminta secangkir beras darinya, namun ia malah mengusir nenek tua itu.
Beberapa hari kemudian, ada seorang penderita kusta memohon belas kasihan padanya. Penderita kusta memintanya memberikan makanan, karena dengan kusta yang ia derita, tidak ada seorang pun yang mau memberinya pekerjaan.
“Aku mendapatkan semua kekayaanku dengan susah payah. Jika aku memberimu makanan. tentu kau akan datang lagi padaku di kemudian hari untuk meminta makanan lagi. Sudah pergi sana, kau membuatku jijik,” hardik Bujang Kaya.
Beberapa waktu kemudian, datanglah seorang pria misterius.
Pria misterius itu meminta seekor kerbau pada Bujang Kaya. Kerbau itu akan ia gunakan untuk memperbaiki hidupnya yang miskin. Alih-alih memberi apa yang diminta, Bujang Kaya justru menghina pria misterius itu.
“Apa kau sedang bermimpi wahai Pria Tua, jangankan seekor kerbau, sehelai bulu kerbau pun tak akan kuberikan padamu.”
“Apa kau lupa, Bujang Kaya? Dulu kau adalah pemuda miskin dan putus asa. Kekayaan telah membuatmu begitu sombong.” Bujang Kaya sontak terkejut dengan perkataan pria misterius itu. Ia terdiam hingga pria misterius berlalu dari pandangannya.
Tidak lama setelah kepergian pria misterius itu, kerbau milik Bujang Kaya terkena wabah. Satu per satu kerbau yang gemuk dan besar itu mati, hingga tidak ada satu ekor kerbau pun yang tersisa. Bujang Kaya juga terpaksa harus menjual rumahnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Istrinya meninggalkannya. Ia pun jatuh miskin.
Ia sadar bahwa kesombongannyalah yang membuatnya seperti itu.
Post a Comment