ilustrasi jemput paksa |
Seorang orangtua pasien protes soal hasil rapid antigen di Rumah Sakit Le*** karena hasilnya tidak valid. Hal itu terungkap dari postingan Mario Yosryandi Sara di media sosial yang ceritakan kronologi lengkap kejadian itu. Begini kronologi lengkapnya.
Dimanakah Letak Profesionalitas dan Moralitas Tenaga Kesehatan RS Le*** Kefamenanu!
(Oleh Mario Yosryandi Sara)
Pada hari Minggu (08/08/21) sebelum mengantar anak saya ke Atambua untuk bersekolah, kami masih singgah di RS Le*** Kefamenanu untuk lakukan rapid test bagi anak saya. Sebab, itu merupakan kebijakan dari sekolah SMK Kusuma Atambua bagi siswa/siswi baru yang akan menetap di asrama. Sebelum proses rapid dilakukan kondisi anak saya dalam keadaan sehat, begitupun saya. Kami taat terhadap Prokes. Kami tidak pernah mendapat penyakit yang berhubungan dengan covid, entah itu batuk, pilek, demam, dsb. Disaat sampel darah anak saya diperiksa (RAPID ANTIBODI), selang beberapa menit kondisi kami berubah ketika melihat hasil rapid.
Keadaan berubah dratis, jauh dari harapan saya sebagai orangtua. Psikologi saya sangat terganggu dan badan langsung lemas, ketika hasil rapid menunjukan bilamana anak saya REAKTIF POSITIF COVID 19. Mendengar perkataan petugas, tampak psikologi anak saya pun ikut terganggu hingga menestakan air mata karena takut dan batal untuk bersekolah.
Setelah hasil rapid diberikan kepada kami, tanpa menunggu lama pihak RS langsung menelpon Tim Satgas Covid 19 untuk menjemput kami dan dibawa ke Rusunawa untuk dikarantina. Ketika mendengar percakapan mereka, spontan saya langsung memprotes sikap petugas medis itu sekaligus meminta gambaran tentang proses rapid test antibodi, karena tak ada konfirmasi atau penjelasan lebih lanjut kepada saya setelah hasil tes keluar. Padahal saya ini orang tua dari anak yang diperiksa. Dan saya sedang mendampingi anak saya saat itu.
BACA JUGA: Percakapan Booking PSK Online Di Kupang, Dari Bayar DP Hingga Ngamar Di Hotel
Akan tetapi, bukannya saya diberikan jawaban malah saya dan anak saya dipaksa dan saya dibentak untuk persiapkan diri karena akan dibawa ke Rusunawa. Melihat tingkah petugas yang sudah tak beretika dan membuat saya semakin kesal, lalu saya memutuskan untuk meninggalkan RS Le*** dan kembali ke kediaman kami di Desa Noebaun, Kecamatan Noemuti. Sesampai di rumah tentu kami masih diselimuti sedih, kekecewaan dan emosi. Meskpun hari itu kami batal dijemput oleh Satgas ke Rusunawa.
BACA JUGA: Foto Telanj4ng Siswi SMK Di NTT Bikin Geger
Dijemput Paksa Oleh Satgas
Namun kemarin pagi (09/08/21), rumah kami kedatangan tamu tak terduga. Mereka diantar sama Ibu Kades. Mereka adalah Petugas Satgas Covid-19 TTU. Di situ ada Pegawai Dinkes, Oknum TNI dari Kodim, Oknum Kepolisian dari Polres, Pegawai Kecamatan Noemuti, dan Dokter serta pegawai dari Puskesmas Oemeu. Tujuan kedatangan mereka untuk menjemput kami ke tempat karantina. Mendengar maksud kedatangan mereka, sudah pasti saya tak menerima hal itu. Lantas, saya mulai menjelaskan kronologi singkat kejadian yang dialami oleh anak saya di RS Le*** hingga mengapa saya memutuskan pulang ke rumah. Mendengar penjelasan saya, dokter langsung menawarkan untuk melakukan rapid test ulang. Kebetulan mereka sedang membawa peralatan RAPID ANTIGEN. Saya sepakat dengan tawaran dokter. Meskipun pada waktu itu, psikologi saya semakin terganggu disaat kedatangan oknum TNI dan Polisi. Bersyukur suasana saat itu tak menimbulkan gejala tendensi.
Proses rapid antigen pun dilakukan. Beberapa saat kemudian hasil rapid keluar. Puji Tuhan hasilnya NEGATIF. Dan kami tidak jadi dibawa ke lokasi karantina. Meski dugaan saya telah membuahkan kebenaran, namun hati saya masih menyimpan penyesalan dan ketidakpercayaan terhadap pihak RUMAH SAKIT LE*** yang telah memperkeruh situasi dan mental anak saya saat itu. Dan hingga detik ini, ada setumpuk kecurigaan dan pertanyaan yang mendekam dalam pikiran saya terkait PROSEDUR RAPID TES, PROFESIONALITAS dan ETIKA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT LE*** KEFAMENANU YANG BEGITU “BURUK”.
Dari uraian panjang ini, saya berharap pihak RS LE*** KEFAMENAU segera memberikan klarifikasi ke publik sebagai bentuk pertanggung jawaban dan kejujuran atas berbagai kejadian yang terjadi, entah terhadap anak saya dan pasien yang mungkin saja sudah menjadi korban namun luput dari sorotan publik. Jangan gunakan kesempatan dalam kondisi sulit seperti saat ini. Apalagi kami masyarakat kecil menjadi korban “penipuan”. Tolong jangan masah bodoh dengan kejadian kemarin, harus tunjukan profesionalitasnya. Semoga saya dan anak saya menjadi korban terakhir dari muslihat tersebut. Terima kasih.
(Catatan ini merupakan pengakuan dari salah satu warga di kampung halaman saya, kebutulan kami masih ada hubungan keluarga. Siang tadi, saya di kontak dan beliau melaporkan kejadian di RS Le***).
BACA BERITA PEMBUNUHAN NONA WELKIS BAWAH INI:
Post a Comment