-->

Ads 720 x 90

Catatan Sang Guru: Kalau Anakmu tidak Mau Dididik oleh Guru, Silahkan Terbitkan Ijazah Sendiri

Guru aniaya siswa

Membaca berita tentang Seorang Guru yang dipecat oleh Ridwan Kamil, sang Gubernur Jawa Barat, sangatlah membuat hati ini sedih dan miris. Kenapa ?
Saya pernah berprofesi sebagai seorang guru. Kami kadang merasa serba salah. Mendidik anak jaman sekarang memang tidak bisa disamakan dengan cara mendidik siswa pada jaman saya. Ketika dulu kami bertatapan dengan guru, kami seolah melihat sosok menakutkan dan kami akan terdiam jika melihat guru yg marah, bahkan memukul dengan penggaris kayu. Namun itu dilakukan jika kami sudah sangat keterlaluan dalam pelanggaran disiplin, tetapi kami tidak pernah sakit hati sebagai siswa. Malah berterima kasih dan tetap fokus belajar dikelas.

Baca Juga:

Jika sekarang itu kami lakukan, hal inilah yang kami takutkan. Kami akan dianggap sebagai guru "killer". Kejam, tak memiliki kasih atau apapun yang akan dianggap jelek. Bahkan resiko tertinggi adalah kami bisa mati di tangan murid, seperti yang pernah terjadi saat guru menegur seorang murid yang tidur lantas murid tersebut memukuli sang guru hingga sang guru tewas. Atau kami dilaporankan, dipecat bahkan mungkin di penjara.

Lalu tanpa solusi dari Dinas terkait, masalah seperti ini akan terus terulang. Kami sebagai guru tidak membutuhkan pembelaan atau pembenaran dalam kasus menghukum anak didik dengan cara kami, tetapi tolong mengerti dan bantu kami mendidik anak-anak bukan hanya disiplin saat di sekolah, namun juga di rumah. Peranan orang tua, elemen masyarakat juga sangat di perlukan. Tokoh-tokoh agama di lingkungan dan rumah-rumah ibadah juga berperan penting.
Saat murid pandai dan berprestasi, yang dipuja-puji adalah kotanya, orang tuanya, keluarganya dan bukan gurunya.

Baca Juga:

Saat anak bodoh, nakal, berbuat onar, maka yang jelek adalah nama sekolah dan perangkatnya. Kami disalahkan sebagai pendidik yang gagal.  Namun saat kami mendidik dengan keras, kami juga di salahkan. Lalu harus bagaimana ?
Betul jaman dulu beda dengan sekarang. Tetapi perlu diketahui, anak jaman dulu juga beda dengan anak-anak sekarang.
Anak sekarang tidak lagi memiliki Budi pekerti. Tidak segan untuk menertawakan gurunya, tidak segan untuk bersikap kurang ajar terhadap gurunya, bahkan tidak sedikit yang berani untuk memukul, mengata-ngatai guru di sosmed atau di group wa, juga bahkan ada yang berani menyatakan cinta atau mengerjai nya. Anak jaman dulu membantah omongan saja tidak berani.

Kami bukan hanya mendidik dari segi akademik, tetapi juga mental, dan non akademik. Maka dari itu ada ekskul. Namun semua itu akan sia-sia, jika nilai Kedisiplinan bukan menjadi pondasi.

Baca Juga:


Akan lebih bijak jika Pak Gubernur meneliti dulu, memberikan teguran atau peringatan, bukan lantas memecat. Bagi saya..derajat guru saat ini sedang berada di titik terendah. Akibat tamparan guru, pukulan penggaris kayu, dan dijemur di lapangan, saya bisa seperti ini. Itu dulu saya alami saat saya sekolah.  Guru bukan monster, guru juga bisa jadi sahabat. Kami memiliki empati. Kami tahu apa yang harus kami lakukan, meskipun banyak oknum guru yang juga mencemari nama baik kami.

Saya heran, Kenapa anak didik sekarang jadi seperti kebal hukum. Tidak boleh dihukum, tidak bisa dijemur di lapangan, tidak bisa di jewer, tidak bisa dibentak apalagi ditampar.  Apakah mereka yang tidak disiplin hanya boleh di senyumi ???

Guru adalah orang tua siswa di sekolah, dan tidak mungkin sebagai orangtua, kami memberikan ular berbisa pada anak anak kami.

Baca Lainnya:

Selamatkan derajat guru. Kami bukan monster
Selamat terus berjuang para pahlawan Cendikia bangsa.

Pantas Sitompul,
Guru Seni Budaya dan keterampilan.
Guru Vokal dan Seorang Conductor
Pemerhati Budaya Bangsa dan Budi pekerti.

Artikel Terkait:

REKOMENDASI UNTUK ANDA

JANGAN LEWATKAN INI

Post a Comment

Berlangganan Artikel terbaru
banner